Makalahini berisikan tentang informasi Pengertian TEATER atau yang lebih khususnya membahas tentang JENIS JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL dan CONTOH-CONTOH TEATER dalam SENI BUDAYA Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang TEATER. saya menyadari bahw a Makalah ini masih jauh dari
- Berikut urutan 11 tembang Macapat yang memiliki makna perjalanan hidup seorang manusia. Dikutip dari buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna yang ditulis Zahra Haidar 2018, tembang Macapat adalah karya sastra Jawa yang berbentuk puisi tradisional yang merupakan karya leluhur warisan budaya bangsa Indonesia. Selain di Jawa, tembang sejenis Macapat juga ditemukan di daerah lain di Indonesia seperti di Bali dan di Sunda. Tembang Macapat Maskumbang menceritakan tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia, sementara tembang Pucung adalah yang terakhir. Urutan 11 Tembang Macapat, urutan perjalanan hidup seseorang 1. Maskumambang2. Mijil3. Sinom4. Kinanti5. Asmarandana6. Gambuh7. Dhandhanggula8. Durma9. Pangkur10. Megatruh11. Pucung Baca juga 11 Jenis Tembang Macapat Lengkap dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Penjelasan Makna Perjalanan Hidup di 11 Tembang Macapat 1, Maskumambang Masih dari buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna, dalam bahasa Indonesia, Maskumambang bermakna emas terapung. Maskumambang melambangkan anak yang masih dalam kandungan. Saat ruh ditiupkan dalam rahim seorang ibu. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sebenarnya tidak berdaya sehingga harus senantiasa berserah diri pada Tuhan Sang Maha Pencipta. 2. Mijil Mijil berasal dari kata bahasa Jawa wijil, yang bermakna keluarโ€™. Tembang mijil memiliki makna saat anak manusia terlahir ke dunia dari rahim ibunya. Pada saat itu anak tidak berdaya dan membutuhkan pelindungan serta kasih sayang dari orangtua. Itulah sebabnya manusia harus bertakwa kepada Tuhan dan berbakti kepada orangtua 3. Sinom Sinom berarti daun yang muda. Sinom juga berarti isih enom masih muda. Tembang macapat Sinom melukiskan masa muda, masa yang indah, serta masa penuh dengan harapan dan angan-angan. 4. Kinanti Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun bimbingโ€™ yang berarti bahwa kita membutuhkan tuntunan atau bimbingan. Tembang Kinanti mengisahkan kehidupan seorang anak yang membutuhkan tuntunan untuk menuju jalan yang benar. Tuntunan itu dapat berupa norma agama, adat istiadat, serta bimbingan dari guru dan orangtua agar dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan dalam kehidupannya. 5. Asmarandana Tembang asmarandana berasal dari kata asmara asmaraโ€™ dan dahana apiโ€™ yang berarti api asmaraโ€™ atau cinta kasihโ€™. Tembang ini mengisahkan perjalanan hidup manusia yang berada pada tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya. Selain itu, juga dikisahkan cinta pada alam semesta dan cinta kepada Tuhan Yang Mahakuasa. 6. Gambuh Gambuh memiliki arti cocok atau jodoh. Karena kecocokan itulah dua insan akan mengarungi hidup seiring sejalan. Tembang Gambuh ini menceritakan seseorang yang telah bertemu pasangan hidupnya, menjalin ikatan pernikahan. Tembang gambuh menggambarkan keselarasan dan sikap bijaksana. 7. Dhandhanggula Kata dhandhanggula berasal dari kata dhangdhang' yang berarti berharap atau mengharapkan. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita, angan-angan, atau harapan. Kata gula menggambarkan rasa manis, indah, atau bahagia. Dengan demikian, tembang macapat dhandhanggula memiliki makna berharap sesuatu yang manisโ€™ atau mengharapkan yang indahโ€™. Angan-angan yang indah biasanya dapat dicapai setelah melalui perjuangan dan pengorbanan. 8. Durma Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan nafsu untuk berperang. Tembang ini menunjukkan watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi, dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya. Dalam kondisi seperti itu orang tidak lagi memiliki etika atau tata krama. Dalam istilah Jawa keadaan semacam itu disebut dengan munduring tata karma durma, berkurangnya atau hilangnya tata krama. 9. Pangkur Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Tembang Pangkur menggambarkan manusia yang sudah tua dan sudah mulai banyak kemunduran dalam fisiknya. Badannya mulai lemah dan tidak sekuat pada saat usia muda. Biasanya pada masa ini orang akan lebih mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa. 10. Megatruh Kata Megatruh berasal dari kata megat yang artinya pisah, dan ruh ialah nyawa, sehingga megatruh dapat diartikan berpisahnya ruh dari tubuh manusia. Makna yang terkandung dalam tembang megatruh adalah saat manusia mengalami kematian. Tembang megatruh berisi nasehat agar setiap orang mempersiapkan diri menuju alam baka yang kekal dan abadi. 11. Pucung Tembang macapat pucung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka. Kata pucung atau pocong ditafsirkan sebagai orang meninggal yang sudah berada di alam kubur. Pada saat itu manusia kembali pada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya saat berada di dunia. Ada pula yang berpendapat pucung berasal dari kudhuping gegodhongan yang artinya kuncupnya dedaunan yang biasanya tampak segar. Sumber Haidar, Zahra. 2018. Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna. Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Ketoprakmerupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
- Dalam kesusastraan Jawa, ada sebelas tembang macapat, Adjarian. Apa pengertian tembang macapat? Tembang macapat yaiku tembang utawa geguritan sik dilagukke. Sederhananya, tembang macapat adalah tembang atau puisi tradisional yang dilagukan, Adjarian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, tembang sendiri adalah syair yang diberi lagu untuk dinyanyikan. Tembang juga bisa disebut dengan nyanyian. Lalu, macapat adalah bentuk puisi Jawa tradisional, setiap baitnya mempunyai baris kalimat gatra tertentu, setiap gatra mempunyai jumlah suku kata guru wilangan tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir guru lagu; guru suara tertentu, misalnya Dandanggula, Kinanti, Maskumambang. Nah, sebelas tembang macapat meliputi Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhangula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung. Setiap jenis tembang macapat memiliki makna dan aturan tersendiri yang mengikat, Adjarian, seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Yuk, kita pelajari lebih lanjut seputar sebelas tembang macapat tersebut beserta masing-masing makna dan contohnya! Baca Juga 40 Contoh Tembang Macapat Pangkur dengan Berbagai Tema Aturan Paugeran dalam Tembang Macapat Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada beberapa aturan atau paugeran yang mengikat di dalam setiap jenis tembang macapat.
AbahYoyok RELATED POSTS Warok Ponorogo Pesugihan Tradisi Lebaran Ketupat Mocopat, Macapat, Tembang Cilik atau Sekar Alit adalah sekar, kidung atau tembang tradisional klasik Jawa. Diperkirakan muncul pada akhir jaman Majapahit di mana Walisanga mulai menyebar pengaruh ajaran di telatah Jawa. Dilihat dari asal-usul bahasanya, macapat berarti

Daftar Isi Pengertian Tembang Macapat Pengertian Tembang Macapat Macam-Macam Contoh Tembang Macapat dan Maknanya 1. Maskumambang 2. Mijil 3. Sinom 4. Kinanti 5. Asmarandana 6. Gambuh 7. Dhandanggula 8. Durma 9. Pangkur 10. Megatruh 11. Pucung a. Pucung b. Durma c. Dhandanggula petikan dari Serat Tripoma Sejarah Tembang Macapat Aturan dan Struktur Tembang Macapat Guru Gatra Guru Lagu Guru Wilangan Macapat adalah salah satu jenis tembang atau puisi dalam bahasa Jawa. Macapat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memiliki perjalanan sejarah panjang dan menjadi penyampai macapat juga sering ditemukan saat acara pertunjukan wayang, pentas karawitan, dan materi pelajaran bahasa Jawa. Simak pengertian dan contoh tembang macapat dalam Bahasa Jawa di bawah ini ya!Mengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tertentu. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun, dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya.Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat, maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Tembang MacapatMengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya. Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Jawa. Kemudian Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Contoh Tembang Macapat dan MaknanyaTembang macapat memiliki urutan yang menggambarkan perjalanan manusia sejak masih dalam kandungan hingga meninggal, dimulai dari Maskumambang hingga Pucung. Maskumambang menggambarkan janin yang mengambang dalam rahim ibunya, Sinom yang menggambarkan masa muda, hingga Pucung yang berarti meninggal dan jurnal Mengenal Tembang Macapat karya Agus Efendi yang diterbitkan Univet Bantara Sukoharjo, dalam setiap tembang macapat terkandung nilai-nilai moral, budi pekerti dan berisi petunjuk atau tuntunan tentang perilaku utama yang harus dilakukan manusia dari lahir hingga menjelang ajal. Tujuannya agar dapat mencapai kemuliaan hidup dunia dan Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar dan juga situs Selopamioro Pemkab Bantul, berikut 11 jenis tembang macapat1. MaskumambangSimbol fase roh/kandungan di mana kita masih mengapung atau kumambang di alam roh yang kemudian di dalam kandungan yang gelap. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, suasana hati sedang MijilMijil melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang terlahir ke dunia, mijil berasal dari kata wijil yang berarti keluar. Mijil mengisahkan fase bayi manusia mulai mengenal kehidupan dunia, membutuhkan perlindungan. Tembang ini menggambarkan keterbukaan menyajikan nasihat dan tentang SinomSinom berarti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi dan menggambarkan masa muda. Tembang ini menceritakan masa manusia tumbuh dan berkembang mengenal hal-hal baru, kesabaran, dan KinantiKinanthi berasal dari kata kanti yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang ini mengisahkan masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna AsmarandanaAsmarandana mengisahkan fase paling dinamis dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup. Gambaran dari tembang ini cinta kasih, asmara, dan juga rasa pilu dan sedih karena GambuhGambuh mengisahkan fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci gambuh. Tembang ini berisi pesan tentang sikap bijaksana, nasihat hidup, persaudaraan, toleransi dan DhandanggulaDhandanggula merupakan fase puncak kesuksesan secara fisik dan mater dhandang=bejana. Namun selain kenikmatan gula manisnya hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan DurmaDurma merupakan fase kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi gula. Tembang ini menggambarkan peristiwa duka, selisih, dan juga kekurangan akan sesuatu berkarakter tegas, keras, dan amarah yang PangkurPangkur merupakan fase uzla pangkur=menghindar, fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah dan menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Tembang ini berkarakter gagah, kuat, perkasa, dan hati MegatruhMegatruh merupakan fase penutup kehidupan dunia di mana roh meninggalkan badan megat=memisahkan. Tembang ini mengisahkan kesedihan dan PucungPucung merupakan fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali dengan menjadi pocung jenazah, fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Maha Suci. Ada pula yang mengatakan pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang segar, tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan Beberapa Contoh Tembang Macapata. PucungNgelmu iku kalakone kanthi lakuLekase lawan kasTegese kas nyantosaniSetya budya pengekesing durhangkarab. DurmaPaman paman apa wartane ing ndalanIng ndalan keh wong matiMati kena apaMati suduk saliraIng jaja terusing gigirPan kaniayaBadan kari ngglinthingTerjemahannya Paman ada kejadian apa di jalan, di jalan kok banyak orang meninggal, matinya kena apa ya. Kok matinya ditusuk dari dada sampai ke punggung, betul-betul teraniaya dan bangkainya tidak terutus sampai menjadi tulang dan kulit saja/berserakan tidak terurus bahkan ada yang seperti mumi. Tembang ini merupakan teka-teki yang menggambarkan pedagang tahu kupat yang sedang meracik kupat di atas piring. Kupat bisa dihidangkan di atas piring melalui proses penyiksaan terlebih Dhandanggula petikan dari Serat TripomaPada IWonten malih tuladhan prayogiSatriya gung nagari NgalengkaSang Kumbokarno arane,Tur iku warna diyu,Suprandene nggayuh utami,Duk wiwit prang Alengka,Denya darbe atur,Mring raka pinrih raharja,Dasamuka tan kengguh ing atur yekti,Dene mungsuh IIKumbokarno kinen mangsah jurit,Mring kang raka sira tan nglenggana,Nuhoni kasatriyane,Ing tekat datan purun,Among nyipta labuh nagari,Miwah kang yayah rena,Myang leluhuripun,Wus mukti aneng Alengka,Mangke arsa rinusak ing bala kapi,Punagi mati sederhananya Kumbokarno sebagai ksatria negara tidak mau disuruh kakanya untuk membela rajanya karena kakaknya sebagia pihak yang salah. Namun Kumbokarno ketika melihat sendiri hancurnya negara oleh wadya bala kera merasa geram dan bertekat membela hatinya Kumbokarno tidak rela negaranya hancur oleh musuh. Ia merasa dirinya dan leluhurnya sudah berutang segalanya ke negaranya. Jadi ia maju perang bukan karena membela kakaknya tetapi membela negara yang sangat tembang ini menunjukkan sikap Kumbokarno terhadap negaranya adalah ikut andarbeni/memiliki, angrungkebi/akan berkorban demi negara, mulat salira angrasa wani/mawas diri atau introspeksi sang Kumbokarno berani bertanya kepada dirinya, 'Jangan bertanya negara sudah memberi apa kepada kamu tetapi tanyalah dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu'.Sikap andarbeni, angrungkebi, mulat salira angrasa wani, ini bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kantor, tempat menuntut ilmu atau di mana Tembang MacapatMengutip jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa yang diterbitkan Kemdikbud, tembang Macapat merupakan karya sastra Jawa yang sudah lama dikenal. Konon macapat diturunkan dari dewa kepada pendeta Walmiki dan diperbanyak sang pujangga istana Yogiswara dari Serat Mardawalagu yang dikarang Ranggawarsita, macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya ialah melagukan nada keempat. Selain maca-pat-lagu, masih ada lagi maca-sa-lagu, maca-ro-lagu, dan termasuk tipe tembang gedhe yang jumlah bait per pupuh bisa kurang dari empat. Sementara jumlah suku kata dalam setiap bait tidak selalu sama dan ini diciptakan oleh atau kategori yang ketiga adalah tembang tengahan yang konon diciptakan oleh Resi Wiratmaka, pendeta istana Janggala dan disempurnakan oleh Pangeran Panji Inukartapati dan itu, dalam buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar yang diterbitkan Kemdikbud, ada yang berpendapat tembang macapat diciptakan Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada 1279 Masehi. Pendapat lain mengatakan macapat tidak hanya diciptakan satu orang, tapi oleh beberapa wali dan pencipta itu antara lain Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja. Pada saat wali sanga menyebarkan Islam, tembang macapat juga digunakan sebagai media dakwah. Syair yang terkandung dalam tembang macapat juga banyak yang menyiratkan nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur' dan Struktur Tembang MacapatTembang macapat memiliki tiga unsur yakni guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Berikut pengertiannyaGuru GatraGuru pathokan/pedomanGatra larik/barisSetiap jenis tembang dalam setiap baitnya memiliki pedoman-pedoman berbeda-beda terhadap jumlah LaguGuru pathokan/ jatuhnya aksara vokal di akhir kata dalam setiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah tidak bisa diganti tentang jatuhnya aksara vokal dalam setiap akhir kata dan setiap WilanganGuru pahotkan/pedomanWilangan jumlah suku kata/wanda dalam setiap barisSetiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah ada dan tidak bisa berubah tentang jumlah wanda/suku kata dalam setiap Tangkapan Layar Buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna terbitan KemdikbudSetiap tembang boleh jadi terdiri dari beberapa bait pada. Pada adalah pedoman banyaknya baris, suku kata wanda, dan jatuhnya aksara vokal guru lagu di dalam satu jenis bisa disebut bait yang memiliki norma dalam penyusunannya. Selain itu, ada pula pengelompokan beberapa tembang macapat ke dalam kelompok pupuh.Nah, itulah contoh tembang macapat dan pengertiannya. Semoga membantu kamu memahami tentang tembang macapat ya detikers! Simak Video "MAKI Bakal Bawa Perkara 75 Pegawai KPK ke MK" [GambasVideo 20detik] ams/fds

Dengandemikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah tersebut (Jepara dan Cirebon), merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. seni musik atau seni suara yaitu tembang macapat, musik saronen dan musik ghul-ghul. Tembang macapat adalah tembang (nyanyian) yang mula-mula dipakai sebagai media untuk memuji
Tembang Macapat adalah salah satu jenis syair dalam kesusastraan Jawa yang memiliki struktur dan ciri tertentu. Karya sastra ini masih dilestarikan hingga sekarang. Bahkan tembang yang satu ini sering digunakan dalam acara-acara penting seperti pertunjukan-pertunjukan budaya ini dahulu digunakan oleh wali songo sebagai media dakwah dalam menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa. Namun kini, seiring berjalannya waktu penggunaannya jadi lebih luas. Dengan nilai budayanya yang tinggi, tembang Jawa ini memang seharusnya dipelajari agar tidak mudah Tembang MacapatStruktur Tembang MacapatSejarah Tembang MacapatMacam-Macam Tembang MacapatContoh Tembang Macapat1. Tembang Pocung Pucung2. Tembang Maskumambang3. Tembang Megatruh4. Tembang Gambuh5. Tembang Mijil6. Tembang Kinanthi7. Tembang Asmaradana8. Tembang Durma9. Tembang Pangkur10. Tembang Sinom11. Tembang DhandhanggulaKesimpulanPengertian Tembang MacapatTembang macapat adalah tembang, syair, atau puisi tradisional Jawa. Selain menjadi warisan kebudayaan Jawa, tembang seperti ini juga bisa ditemukan di kebudayaan daerah lain seperti Sunda, Bali, dan Madura dengan nama yang budaya Palembang dan Banjarmasin juga memiliki jenis tembang serupa. Tembang ini diperkirakan muncul pertama kali pada akhir masa kerajaan Majapahit dan awal mula tersebarnya pengaruh wali songo. Karya-karya sastra di zaman itu memang banyak ditulis dengan metrum Jawa dibagi ke dalam tiga macam, yakni tembang cilik, tembang tengahan, dan tembang gedhe. Macapat sendiri termasuk ke dalam tembang cilik dan tengahan sementara tembang gedhe lebih merujuk pada puisi tradisional Jawa kuno atau memiliki aturan penulisan yang lumayan berbeda dengan kakawin. Selain penggunaannya lebih mudah, macapat hanya perlu memperhatikan jumlah suku katanya saja tanpa harus terikat dengan panjang dan pendek pada suku Translate Bahasa Jawa ke IndonesiaStruktur Tembang MacapatKarya sastra yang berupa macapat biasanya terdiri dari beberapa pupuh yang masing-masing dibagi lagi ke dalam pada atau bait. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di setiap barisnya. Setiap pupuh memakai metrum yang metrum umumnya berdasarkan watak isi teks yang diceritakan dalam tembang. Struktur bait pada tembang macapat terdiri dari guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Guru gatra adalah banyaknya jumlah baris kalimat atau larik dalam setiap bait wilangan merupakan banyaknya jumlah suku kata yang ada pada setiap baris kalimat atau larik. Sementara itu, guru lagu mengacu pada bunyi vokal di sajak akhir pada setiap baris kalimat atau larik. Antara satu tembang dengan tembang memiliki guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra yang Tembang MacapatKemunculan tembang macapat diperkirakan terjadi pada masa akhir kekuasaan kerajaan Majapahit dan awal mula tersebarnya Agama Islam di Jawa oleh wali songo. Ternyata Bali lebih dulu mengenal karya sastra ini dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan sejak Islam belum datang ke ini bisa dibuktikan dengan adanya karya sastra berjudul Kidung Ranggalawe yang ditulis sejak tahun 1334 M. Usia tembang ini pun masih diperdebatkan hingga sekarang, apalagi jika dihubungkan dengan serat berpendapat bahwa macapat adalah turunan kakawin dengan tembang gedhe sebagai perantaranya. Namun, pendapat tersebut disanggah oleh Poebatjaraka dan Zoetmulder yang mengatakan bahwa macapat adalah metrum asli Jawa sehingga usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan pakar tersebut juga meyakini kalau tembang Jawa yang satu ini baru muncul setelah pengaruh India di tanah Jawa khususnya, mulai Rumah Adat Jawa TengahMacam-Macam Tembang MacapatMacapat sendiri dalam Bahasa Jawa diartikan sebagai maca papat-papat atau membaca empat-empat. Maksudnya adalah tembang ini dibaca pada setiap empat suku kata. Namun, itu bukanlah satu-satunya arti karena pada kenyataannya tidak semua tembang tersebut bisa dinyanyikan dalam empat suku macapat terdiri dari bermacam-macam jenis. Masing-masing jenis memiliki aturan guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra yang berbeda. Setidaknya ada 11 jenis tembang Jawa yang masuk ke dalam kategori cerita orang tua jaman dahulu kesebelas jenis tembang ini mengisahkan gambaran tentang tahapan-tahapan kehidupan manusia dari mulai saat masih di kandungan hingga meninggal Tembang MacapatBerikut ini adalah jenis-jenis tembang macapat beserta dengan Tembang Pocung PucungPicung atau pucung berasal dari kata pocong yaitu kondisi orang yang sudah meninggal dunia kemudian dikafani sebelum dikuburkan sesuai dengan aturan Islam. Tembang pocung menggambarkan kondisi bahwa semua makhluk yang bernyawa pasti akan menemui ajal atau merasakan terkesan seram karena menceritakan tentang kematian, namun tembang pocung hadir dengan watak yang jenaka karena berisi tebakan dan hal-hal lucu lainnya. Tembang ini juga berisis lelucon dan berbagai nasihat. Tembang pocung memiliki aturan penulisan dalam baitnya, yakni 12u โ€“ 6a โ€“ 8i adalah contoh tembang pocung dalam satu pada atau baitBapak pucung, dudu watu dudu gunung,Sangkane in sabrang,Ngon angone sang bupati,Yen lumampah si pocung lambeyan Tembang MaskumambangMaskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas berarti sesuatu yang berharga atau di tembang ini diartikan sebagai seorang anak, sedangkan kumambang artinya mengambang. Tembang maskumambang menceritakan awal kehidupan seorang manusia, yakni embrio di dalam fase ini pun belum diketahui jenis kelamin si embrio hingga ia tumbuh dan berkembang di dalam rahim selama kurang lebih 9 bulan. Tembang macapat yang satu ini memiliki sifat belas kasihan, kesedihan, dan kesusahan. Tembang ini biasanya berisi tentang cerita dengan suasana tembang maskumambang memiliki aturan 12i- 6a โ€“ 8i- 8o. Berikut ini merupakan contoh tembang maskumambang dalam satu pada atau sira niru tindak kang tan becik,Sanadyan wong liya,Lamun pamuruke becik,Miwa ing tindak Tembang MegatruhMegatruh diambil dari kata megat dan roh yang berarti terlepasnya roh dari tubuh manusia. Tembang megatruh ini menggambarkan sakaratul maut atau selesainya perjalanan hidup manusia di dunia. Watak dari tembang yang satu ini adalah kedukaan, kesedihan, dan tembang megatruh tak hanya digunakan untuk menceritakan syair duka tetapi juga tentang kehilangan harapan dan perasaan putus asa. Aturan penulisan untuk tembang megatruh adalah 12u โ€“ 8i โ€“ 8u โ€“ 8i โ€“ 8o. Di bawah ini adalah contoh tembang megatruhLakonanan klawan sabaraning kalbu,Lamun obah niniwasi,Kasusupan setan gundhul,Ambebidung nggawa kendhi,Isine rupiah Tembang GambuhGambuh berasal dari kata jumbuh yang memiliki arti kecocokan antara pria dan wanita yang didasari dengan rasa cinta. Tembang gambuh menggambarkan tentang fase hidup dimana seseorang yang telah bertemu dengan pasangannya karena kecocokan dan membina rumah gambuh memiliki watak yang menunjukkan tentang keramahan dan persahabatan dalam isi syairnya. Maka tak heran jika tembang macapat yang satu ini sering digunakan untuk menyampaikan kisah-kisah tentang kehidupan. Aturan tembang gambuh terdiri dari 7u โ€“ 10u โ€“ 12i โ€“ 8u โ€“ tembang gambuh dalam satu bait adalah seperti di bawah ini. Ini merupakan tembang gambuh yang paling populer dan kerap dinyanyikan dalam berbagai gambuh ping catur,Kang cinatur polah kang kalantur,Tanpa tutur katula-tula katali,Kadalu warsa kapatu,Katutuh pan dadi Pakaian Adat Jawa Tengah5. Tembang MijilMijil memiliki arti keluar sehingga bisa diartikan sebagai fase kehidupan dimana biji atau benih baru lahir. Tebang mijil menggambarkan tentang kelahiran anak manusia di dunia sehingga dia masih dalam keadaan yang suci dan lemah serta membutuhkan mijil menampilkan watak perhatian, cinta, kasih sayang, dan pengharapan. Tembang jenis ini biasanya digunakan untuk memberikan nasihat, cerita cinta, pengharapan, serta ketabahan dalam menjalani kehidupan di dunia. Aturan tembang mijil terdiri dari 10i โ€“ 6o โ€“ 10e โ€“ 6i โ€“ penulisan tembang mijil dalam satu bait syair adalah seperti di bawah ratri kentarnya mangikis,Sira sang lir sinom,Saking taman miyos butulane,Datan wonten centhine udani,Lampahe lestari,Wus ngambah marga Tembang KinanthiNama kinanthi diambil dari kata kanthi yang memiliki arti menuntun atau menggandeng. Tembang kinanthi menggambarkan fase kehidupan anak muda yang masih perlu tuntunan agar bisa menjalani hidup dengan baik di dunia. Di fase ini, seseorang biasanya tengah mencari jati banyak pertanyaan mengenai dirinya yang ingin diketahui sehingga mereka mencari sosok yang bisa dijadikan sebagai panutan atau teladan di dalam kehidupan. Watak dari tembang macapat yang satu ini adalah kesenangan, kasih sayang, cinta, dan dalam penulisan tembang kinanthi adalah 8u โ€“ 8i โ€“ 8a โ€“ 8i โ€“ 8a โ€“ 8i. Itu berarti baris pertama hingga terakhir memiliki jumlah suku kata yang sama, yakni 8. Salah satu contoh dari bagaimana syair yang dibuat menjadi tembang kinanthi adala seperti berikut malumpat sampun,Prapteng witing nagasari,Mulat mangandhap katingal,Wanodyayu kuru aking,Gelung rusak wor lankisma,Kangiga-iga Tembang AsmaradanaNama tembang asmaradhana diambil dari kata asmara yang memiliki arti cinta kasih. Tembang ini umumnya menceritakan tentang kisah asmara yang dialami oleh manusia. Meskipun lebih banyak mengisahkan percintaan manusia, tembang asmaradhana tak hanya sebatas ini juga digunakan untuk mengungkapkan cinta kepada Sang Pencipta, Rasulullah SAW, dan kecintaan terhadap alam semesta. Watak di dalam tembang ini cukup kompleks karena ada asmara, cinta kasih, rasa sedih, bahkan rasa ini bisa menjadi ungkapan pengharapan akan kebahagiaan maupun kesedihan akibat patah hati karena cinta. Tembang asmaradhana memiliki aturan penulisan suku kata 8i โ€“ 8a โ€“ 8e โ€“ 7a โ€“ 8a โ€“ 8u โ€“ 8a. Contoh dari tembang asmaradhana adalah seperti yang ada di bawah dyah sukune mung siji,Atenggak datnapa sirah,Ciri bengkah pranajane,Tinalenan jangganira,Sinendhal ngasta kiwa,Ngaru ara denya muwus,Sarwi kekejek Tembang DurmaTembang durma diambil dari kata derma yang artinya suka memberi atau berbagi rezeki kepada orang lain dalam Bahasa Jawa. Namun ada juga yang mengartikan durma sebagai mundurnya tata karma atau etika. Tembang ini menceritakan tentang manusia yang telah mendapatkan berbagai kondisi tersebut, sudah seharusnya merasa cukup dan memperbanyak rasa syukur dengan memberi kepada orang orang lain yang lebih membutuhkan, terutama saudara dan tetangganya. Tembang durma memiliki perwatakan yang keras, tegas, bergejolak, dan penuh Jawa yang satu ini juga biasa dipakai untuk menggambarkan tentang pemberontakan dan semangat peperangan. Tembang yang memiliki aturan suku kata 12a โ€“ 7i โ€“ 6a โ€“ 7a โ€“ 8i โ€“ 5a โ€“ 7i tersebut ada banyak contohnya, salah satunya berikut tuhu prajurit utama,Tan apasah dening geni,Lah ta damarwulan,Tadhahana keris mami,Iya tibakna,Sayekti sun Alat Musik Tradisional Jawa Tengah9. Tembang PangkurTembang macapat yang satu ini diberi nama dari kata mungkur yang artinya meninggalkan atau pergi. Tembang pangkur bisa dimaknai sebagai bagaimana seseorang mencoba mengurangi hal-hal yang mengedepankan hawa nafsu atau mulai mundur dari berbagai urusan yang sifatnya yang berpendapat jika tembang pangkur juga menceritakan tentang seseorang yang telah berada di usia senja dan memilih menggunakan waktunya untuk introspeksi diri. Dia memikirkan tentang masa lalu dan hubungannya dengan pangkur menonjolkan watak yang kuat, gagah perkasa, dan berhati besar. Aturan suku kata dalam pembuatan tembang ini terdiri dari 8a โ€“ 11i โ€“ 8u โ€“ 7a โ€“ 8i โ€“ 5a โ€“ 7i. Untuk contoh penulisan tembang pangkur dalam satu bait adalah seperti berikut karsanira,Andikane panembahan ing giri,Mung yayi kalawan ingsun,Kang tumaraping nawala,Kinen mili wadhah lawan isinipun,Pundhi ta ingkang kinarsan,Yayi miliha Tembang SinomSinom sendiri bisa diartikan sebagai pucuk yang baru bersemi atau tumbuh sehingga identik dengan fase kehidupan dimana seseorang pemuda atau remaja yang sedang tumbuh dan menuju dewasa. Tembang sinom juga dikaitkan dengan upacara yang dilakukan untuk anak-anak muda zaman arti tembang tersebut yang mengisahkan tentang masa muda, watak yang ditampilkan dalam tembang ini adalah bersemangat dan bijaksana. Maka, tembang sinom memang sering dipakai sebagai piwulang atau wewarah, yakni untuk membimbing atau mengajari orang dalam membuat tembang sinom adalah setiap baitnya harus terdiri dari suku kata 8a โ€“ 8i โ€“ 8a โ€“ 7i โ€“ 8u โ€“ 7a โ€“ 8i โ€“ 12a. Salah satu contoh tembang sinom yang bisa dibuat dalam satu baris adalah seperti yang ada di bawah tangis sira,Sira sang paramengkawi,Kawileting tyas duhkita,Kataman ing reh wirangi,Dening upaya sandi,Sumaruna anerawung,Mangimur manuhara,Met pamrih melik pakoleh,Temah suka ing karsa tanpa Tembang DhandhanggulaTembang macapat berikutnya adalah dhandanggula, yang berasal dari kata gegadhangan yang memiliki arti harapan, atau cita-cita dan gula yang berarti manis atau indah. Tembang dhandhanggula ini mengisahkan pasangan yang berbahagia dalam rumah tangganya setelah melewati banyak umum cerita dalam tembang ini menggambarkan indah dan menyenangkannya kehidupan berumah tangga yang merupakan harapan atau cita-cita setiap orang. Watak tembang ini adalah indah, gembira, dan luwes sehingga sering dipakai untuk mengajak orang pada dalam membuat tembang dhandhanggula meliputi 10i โ€“ 10a โ€“ 8e โ€“ 7u โ€“ 9i โ€“ 7a โ€“ 6u โ€“ 8a โ€“ 12i -7a. Contoh tembang ini seperti kang para prajurit,Lamun bisa samiyo anuladha,Dyk ing nguni caritane,Andelira sang prabu,Sasrabu ing maespati,Aran patih suwanda,Lelabuhanipun,Kang ginelung tri prakara,Guna kaya purun ingkang den antepi,Nuhoni trah macapat selain memiliki struktur khusus juga terdiri dari 11 jenis masing-masing menyuguhkan makna spesial yang mengingatkan tentang alur hidup manusia di dunia. Maka, tembang ini perlu dilestarikan agar generasi muda tetap mengetahui makna-makna indah yang ada di dalamnya.

Tembangmacapat kang lumrah cacahe ana sewelas, yaiku : 1. maskumambang . 2. pucung . 3. mijil . 4. Dari hasil penggalian di daerah Cirata ditemukan peninggalan dari batu, kapak persegi, alat untuk menumbuk dan alu dari batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga ditemukan adanya panjunan (anjun) tempat membuat keramik

Ilustrasi pengertian tembang macapat. Foto Unsplash. Apa Itu Tembang Macapat?Ilustrasi membawakan tembang macapat Foto Dok Diskominfo Jawa TengahJenis Tembang MacapatIlustrasi macam-macam tembang macapat. Foto Apa Saja Contoh Tembang Macapat?Ilustrasi contoh tembang macapat. Foto Flicker. Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi 12iEnggal tulungana 6aAwakku kecemplung warih 8iGulagepan wus meh pejah 8oDedakane guna lawan sekti 10iKudu andhap asor 6oWani ngalah dhuwur wekasane 10eTumungkula yen dipundukani 10iBapang den simpangi, 6iana catur mungkur 6oKukusing dupa kumelun 8uNgeningken tyas kang apekik 8iKawengku sagung jajahan 8aNanging saget angikipi 8iSang resi kaneka putra 8aKang anjog saking wiyati 8iAnoman malumpat sampun 8uPrapteng witing nagasari 8iMulat mangandhap katingal 8aWanodya yu kuru aking 8iGelung rusak wor lan kisma 8aKang iga-iga kaeksi 8iLumrah tumrap wong ngaurip 8iDumunung sadhengah papan 8aTan ngrasa cukup butuhe 8eNgenteni rejeki tiba 7aLamun tanpa makarya 8aSengara bisa kepthuk 8uKang mangkono bundhelana 8aLan sembah sungkem ipun 7uMring Hyang Sukma elinga sireku 10uApan titah sadaya amung sadermi 12iTan welangsira andhaku 8uKabeh kagungan Hyang Manon. 8oSinengkuyung sagunging prawali 10iJanma tuhu sekti mandra guna 10aWali sanga nggih arane 8eDhihin Syeh Magrib tuhu 7uSunan ngampel kang kaping kalih 9iTri sunan bonang ika 7aSunan giri catur 6uSyarifudin sunan drajat 8aAnglenggahi urutan gangsal sayekti 12 iIku ta warnanira 7aAyo kanca gugur gunung bebarengan 12aAja ana kang mangkir 7iAmrih kasembadan 6aTujuan pembangunan 7aPager apik dalan resik 8iLatar gumelar 5aWisma asri kaeksi 7iMuwah ing sabarang karya 8aIngprakara gedhe kalawan cilik 11iPapat iku datan kantun 8uKanggo sadina-dina 7aLan ing wengi nagara miwah ing dhusun 8iKabeh kang padha ambegan 5aPapat iku nora lali 7iKabeh iku mung manungsa kang pinujul 12uMarga duwe lahir batin 8iJroning urip iku mau 8uIsi ati klawan budi 8iIku pirantine ewong 8oNgelmu iku kelakone kanthi laku 12uLekase lawan kas 6aTegese kas nyantosani 8iSetya budya pengekesing dur angkara 12a
Tembangini pun sering dibawakan di kompetisi paduan suara internasional dan membawa Indonesia menyabet juara. 4. Potong Bebek Angsa. Video: YouTube โ€“ kastari sentra > Potong Bebek Angsa. Kalau Anda sedang mencari tembang ceria yang bisa membuat anak aktif bergerak, coba gunakan Potong Bebek Angsa. Lagu anak anak terpopuler asal Nusa

Macapat Jawa ๊ฆฉ๊ฆ•๊ฆฅ๊ฆ ๊ง€ adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata guru wilangan tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.[1] Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali,[2] Sasak,[3] Madura,[4][5] dan Sunda. Selain itu macapat juga pernah ditemukan di Palembang[6] dan Banjarmasin.[7] Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat membaca empat-empat, yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.[8] Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula.[8] Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah.[9] Sebab, di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam.[9] Karya-karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram Baru, pada umumnya ditulis menggunakan metrum macapat.[10] Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam 'daftar isi' saja.[10] Beberapa contoh karya sastra Jawa yang ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama,[11] Serat Wulangreh,[12] dan Serat Kalatidha.[13] Anak-anak dari Pasinaon Omah Kendheng membawakan macapat pada Festival Cipta Media Ekspresi di Taman Budaya Yogyakarta. Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga kategori tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhรฉ.[14] Macapat digolongkan kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan, sementara tembang gedhรฉ berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno, tetapi dalam penggunaannya pada masa Mataram Baru, tidak diterapkan perbedaan antara suku kata panjang ataupun pendek.[14] Di sisi lain tembang tengahan juga bisa merujuk kepada kidung, puisi tradisional dalam bahasa Jawa Pertengahan.[15] Kalau dibandingkan dengan kakawin, aturan-aturan dalam macapat berbeda dan lebih mudah diterapkan menggunakan bahasa Jawa karena berbeda dengan kakawin yang didasarkan pada bahasa Sanskerta, dalam macapat perbedaan antara suku kata panjang dan pendek diabaikan.[14]

. 70 96 136 411 343 487 70 60

tembang macapat dapat ditemukan di musik